Tentu kita tidak bisa mengabaikan keadaan yang sudah sampai menimpa 514 orang terkena virus korona, sampai tulisan ini dibuat kondisi di Indonesia untuk penanganan penyebaran virus tersebut menjadi perhatian khusus, baik pemerintah pusat hingga daerah.

Pencegahan mulai disosialisasikan, social distancing yaitu menjaga jarak antar manusia, dengan menghindari pertemuan dengan jumlah orang yang besar dan kerumunan dengan radius enam kaki atau dua meter. Pembatasan aktivitas belajar mengajar di sekolah sampai kampus, dengan cara meliburkan secara total kemudian mengganti atau memindahkan proses kegiatan di dalam rumah dengan tetap dipantau oleh tenaga pengajar melalui online. Bahkan dunia kerjapun mengalami imbasnya, di pusat-pusat kota besar seperti Jakarta, Surabaya banyak perusahaan yang libur dan mengalihkan pekerjaan karyawannya yang semula terfokus di dalam dan luar kantor berubah untuk dapat dikerjakan di dalam rumah. Efektif atau tidak?lantas apabila masih dikerjakan di luar apakah mengurangi produktivitas kerja karyawan? Tulisan ini tidak menggiring opini untuk setuju atau tidak setuju kebijakan meliburkan karyawan. Hanya mengajak untuk memposisikan diri  menjadi lebihsurvive di tengah merebaknya virus tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah pasti telah dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dengan menimbang resiko-resiko yang muncul pasca diputuskannya aturan bahwa pekerjaan dapat dilakukan di rumah atau melanjutkan aktivitas kerja di kantor seperti biasanya.

Memang tidak bisa dipaksakan perihal aturan tersebut, mengingat pemerintah pusat belum memutuskan secara resmi kepada semua pihak seperti pengusaha, pemilik pabrik, dan direktur perusahaan untuk meliburkan karyawannya secara total. Kebijakan mengisolasi sebagai solusi agar tidak terdampak virus COVID 19 dan aman dari penyebarannya membutuhkan sosialisasi dan informasi yang akurat, sebab dampaknya tidak hanya kerugian secara secara finansial namun juga penurunan target pencapaian kerja yang telah di tetapkan perusahaan.

Apabila pekerjaan tetap berlangsung seperti biasanyapun bukan berarti kita menyengaja mempertaruhkan kemungkinan tubuh terkena virus CoVID 19 yang secara kesehatan menular melalui sentuhan fisik antar sesama yang positif terinfeksi dan berakibat meninggal jika tidak tertangani dengan baik. Berusaha mengamati perkembangan dari pemerintah dan informasi media sosial mungkin sedikit meredakan kepanikan masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah. Manajemen perusahaan perlu intens berkomunikasi ke karyawannya mengenai himbauan tetap bekerja seperti biasa dan tetap menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan sehat, menjaga kebersihan ruangan kantor,dan lain-lain.

Sehingga jika ketika terjadi kemungkinan terburuk yaitu lockdown (menutup akses keluar dan ke dalam) maka semua pihak bisa menerima dengan konsekuensi-konsekuensi yang telah  dimusyawarahkan bersama. Konfilk dan kerugian sedini mungkin diminimalisir akibatnya, supaya tidak menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu.

Bekerja di kantor atau dirumah sama kualitasnya selama kegiatan tersebut menyenangkan, nyaman dan bertanggung jawab. Terus dipantau perkembangannya, sampaikan kepada pihak yang bersangkutan apabila menemukan kesulitan-kesulitan. Manfaatkan komunikasi digital dalam melanjutkan aktivitas pekerjaan, bisnis maupun transaksi keuangan. Semoga keadaan ini segera pulih, normal seperti biasanya, sehat semuanya, silaturahmi terjaga, keamanan kondusif, dan bekerjapun produktif. SELAMAT BEKERJA

sumber : https://www.kompasiana.com/iqbalmasyhuri/5e7820ddd541df32467b4152/tetap-bekerja-di-luar-di-saat-darurat-covid-19-amankah

Leave a Reply

Your email address will not be published.